Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘Dumai’

Sore Pak.. sapa si driver yg duduk di sebelah saya. Sore Mas, jawab saya singkat sambil menatap driver yg sedang asyik memainkan stir-nya. Dia pun tersenyum ramah. Baru pulang Pak? kembali dia meluncurkan pertanyaannya. Iya.. td nungguin anak KP dulu. Jadi rada telat pulangnya. Sejenak pembicaraan kami terhenti karena akan melewati perempatan. Si driver pun sibuk mengamati kanan kiri jalan.

Sepintas saya melihat ada buku atau lebih tepatnya kitab di sebelah kursi driver. Kumal dan ada beberapa tulisan arab di dalamnya. Rajin baca jg rupanya si driver neh, pikir saya.

Libur panjang jalan-jalan ke mana Pak? Wah, belum ada rencana neh Mas. Paling-paling ke Pekanbaru atau ke Dumai kalau tidak malas, jawab saya. Mas sendiri mau kemana neh libur tiga hari ini? Saya coba menghidupkan pembicaraan.

Saya mau mengisi liburan dengan yang positif-positif saja Pak.

Wuih berat bo.. Memang, mas driver yg satu ini kelihatan bersahaja dan tidak neko-neko. Beda dengan driver IOT (inter-office taxi) yg lainnya.

Positif seperti apa Mas? tanya saya penasaran.

Biasanya kalau lg off, saya jualan jengkol Pak. Lumayan nambah penghasilan. Saya kulakan jengkol dari yg punya kebun, dikupas terus dijual ke pasar. Lumayan lho Pak prospek jengkol ini. Satu karung ukuran 50 Kg saya beli 30 ribu, bisa dijual seharga 85 ribu. Kalau mau ngirim ke Padang bisa laku 130 ribuan. Si driver menjelaskan dengan semangat.

Selain itu saya jg jualan pinang (buah pinang) lho Pak. Cuman lebih capek kalau pinang ini. Ngupas, atau belahnya susah.

Oh... saya menimpali, pertanda menyimak cerita dia.

Kalau pas kerja gini ndak bisa cari jengkol dong?

Kalau ndak libur saya usaha yg lainnya Pak. Apaan tuh? tanya saya singkat. Ya apa aja asalkan halal. Contohnya, kemarin saya minta istri saya bikin gorengan untuk dibawa ke kantor, untuk coba-coba saja seh. Eh, ndak taunya teman-temanku pada suka. Gorengan istri saya abis smua. Laris.

Saya tertarik dengan pribadi si driver ini [bukan karena saya penggemar semur jengkol lho]. Jadi teringat masa-masa dulu. Masa-masa jualan kaos, masa-masa julan kue dll. Saya yakin kalau dia terus mau berusaha, pasti dia mendapatkan apa yg dia inginkan. Saya pun memperkenalkan diri.

Si driver yg hebat ini namanya Doni. Saya jg memberikan peluang usaha jualan pulsa ke dia. Kalau dia tertarik, nanti akan nge-sms saya.

Ada beberapa intisari dan hikmah yg bisa saya petik dari perbincangan singkat [dari kantor menuju rumah] dengan sopir taxi di atas. Apakah pembaca jg menangkap hal yg sama dengan saya? Monggo direnungkan sendiri. Ini ada foto Mas Doni yg saya ambil dengan seijin dia tentunya.

Doni Penjual Jengkol

Doni Penjual Jengkol

Read Full Post »

Seperti yg saya janjikan sebelumnya, saya ingin menulis ttg adek saya sendiri. Bukan punya maksud lain, hanya karena merasa apa yg ada di adek saya saat ini hampir sama dengan saya kira2 10 tahun yll.

Saya menghabiskan banyak waktu bersama, saya, Dek Ugrah, Nadine dan istri. Mulai dari maen Counter Strike, maen ding-dong, jalan ke mall, maen ke Dumai, sampe maen ke Bukittinggi [saya memang sengaja mengambil cuti 2 minggu khusus untuk maen dengan Dek Ugrah dan keluarga). Dari situ saya banyak mengamati adek saya. Mulanya hanya karena rasa kangen saja. Tapi lama-kelamaan keliatan sifat dan nilai yg menonjol di Dek Ugrah ini.

Anugrah & Andhi

Anugrah & Andhi

Berikut ini beberapa nilai dan sifat yg ditunjukkan Dek Ugrah yg membuat saya semakin bangga kepada dia. Mudah2an nilai2 yg baik ini selalu ada padanya.

1. Kritis

Nilai pertama yg saya tangkap dari Dek Ugrah adalah kritis. Pada saat saya jemput dia dari Bandara Sultan Syarif Kasim II menuju Rumbai dia banyak bertanya ttg Pekanbaru. Kotanya kok kayak gini ya Mas? Padahal tanah Riau ini kaya… Kok cuman gini ya? Saya menjawab, Kotanya memang biasa aja Dek.. Tapi, mobil pejabat dan orang Pemda-nya mantabs punya.

2. Disiplin

Satu yg saya suka dari Dek Ugrah adalah sholatnya lebih tepat waktu dari saya (akhir2 ini saya rada kurang memegang waktu sholat). Meskipun dia bangunnya siang mulu waktu di rumah, tapi Dek Ugrah sudah Sholat Subuh dan kemudian tidur lg.

Lunch di Rice Bowl - SKA Mall, Pekanbaru

Lunch di Rice Bowl - SKA Mall, Pekanbaru

3. Sederhana

Hal lain yg membuat saya kagum adalah kesederhanaannya dan tidak berlebihan. Suatu hari dia saya ajak ke sebuah supermarket untuk beli buah dan Milo. Dek, ambil buah yg kamu suka, kata saya. Eh, dia hanya ngambil Sunkist 3 biji, dan anggur merah satu bungkus kecil. Saya bilang lg ke dia, ambil lg, nanti kurang lho… Engga ah Mas, di kulkas masih ada makanan. Sayang nanti kebuang, Jawab Dek Ugrah.

Dek Ugrah jg menolak saya beliin celana baru dan lebih memilih celana saya yg sudah ndak muat lg perutnya di saya (tp pas di Dek Ugrah). Memang celana tsb boleh dibilang masih bagus dan baru. Oh ya, satu lg. Kalau sholat di rumah, Dek Ugrah selalu pake sarung. Celananya dicopot semua (termasuk yg dalem lho, heheheh). Yg terakhir ini persis saya jaman dulu.

Bersambung…

Dek Ugrah & My fam @ Mak Uneh, Pekanbaru

Dek Ugrah & My fam @ Mak Uneh, Pekanbaru

Read Full Post »

Hari ini kami sekeluarga plus Refli (teman kantor) pergi ke Dumai menghadiri pesta sunatan anak Mas Sudaryo (teman kantor jg). Yah, ini kali pertama Nadine jalan-jalan ke Dumai. Nanti dilanjut lg deh nulisnya, ini baru nyampe dari Dumai. Agak capek euy. Oh ya, ada sedikit liputan kulinernya lho…

Tidak lupa hasil jeprat-jepretnya di salah satu dermaga Dumai.

Nadine di Dumai

Nadine di Dumai

Di Dermaga Dumai

Di Dermaga Dumai

Foto-foto tsb diambil oleh Refli teman sekantor. Rumah orang tuanya di Dumai. Kami sempat mampir ke rumahnya jg. Nanti lain kali ulasannya saya tulis di blog.

Refli dan kami

Refli dan kami

Nadine n papa

Nadine n papa

Read Full Post »

Pembangunan

Seringkali saya melihat jalan rusak di Pekanbaru – Rumbai – Duri sampai ke Dumai. Bahkan, teman saya pernah nyeletuk, “Sumur minyak juga ada yang di tengah jalan lho..”, saya tadinya tidak mengerti apa maksudnya. Setelah jalan di seputaran Kecamatan Duri, baru saya ngeh yang dimaksud teman tadi. Aneh pikir saya, Bumi Lancang Kuning ini [ini sebutan untuk Riau] begitu kaya raya. Di bawah ada minyak bumi, di atas ada minyak sawit dan jangan lupa Anda akan sering menemui truk tronton yang membawa 40 ton kayu gelondongan, hasil pembalakan hutan Riau. Rupanya Pemda di sini lebih banyak ngeruk dari pada membangun.

Bukannya jadi pengamat atau kritikus pembangunan, tapi ini sekedar Ngelantur saja. Saya hanya melihat keanehan di sini. Kalau di Jawa [saya memberikan contoh Jawa karena sebelum di Riau ini saya hidup di Jawa], fasilitas umum serba ada. Mulai dari taman kota, perpustakaan umum, tempat rekreasi (kolam renang, mall, dll). Tapi tidak demikian halnya di Riau, khususnya Pekanbaru, dan sekitarnya. Kemana saja hasil bumi Bumi Lancang Kuning ini? Jangankan membangun hal-hal yang hebat, membangun infrastruktur (jalan) saja tidak beres.

Kemarin saya baca di koran lokal yang berjudul Kas BI Pekanbaru selalu Net Out FLow. Apa isi beritanya? Intinya adalah pengeluaran uang oleh BI Pekanbaru jauh lebih besar dari pengembalianya. Artinya apa? Banyak penarikan uang, tapi tidak dibelanjakan di daerah sendiri. Masyarakat Riau atau Pekanbaru rupanya lebih senang belanja di Jakarta, Batam, Kuala Lumpur, Singapore atau yang lainnya. Secara ekonomi tidak akan berdampak signifikan, tapi peluang pertumbuhan ekonomi yang seharusnya bisa tergenjot dengan peredaran uang di daerah Riau menjadi lebih lambat. Demikian ulasan di dalam koran mengimbuhkan.

Tapi Anda jangan heran kalau melihat kendaraan dinas pemda di Riau, yang memiliki wilayah seluas 979.55 Km persegi ini. Mulai dari Terrano, Murano dan no-no lainnya. Pokoknya mewah abis dah. Kenapa tidak pakai yang biasa saja? Kijang rasanya lebih pas untuk jadi kendaraan dinas, baik dari segi harga dan konsumsi bahan bakar. Oh ya, kalau Anda bawa mobil ke Pekanbaru, sebaiknya jangan yang berbahan bakar Pertamax. Di sini cuma ada 1 pompa bensin yang menjual Pertamax, letaknya jauh dari pusat kota lagi. Hehehehe.

Sumber: http://www.menlh.go.id; Tribun Pekanbaru

Read Full Post »